7 Kerajaan Targetkan Simalungun Jadi Tuan Rumah FKN Tahun 2020

Siantar, Lintangnews.com | Tujuh Kerajaan Simalungun mengikuti Festival Keraton Nusantara XII di Batu Sangkar, Kabupaten Tanah Darat, Sumatera Barat.

Seperti diketahui, kegiatan Festival Keraton Nusantara merupakan ajang tahunan yang melibatkan 70 kerajaan se Nusantara untuk menampilkan berbagai keragaman adat budaya kerajaan.

Berbagai kegiatan dirangkai dalam berbagai sajian menarik, sehingga menjadi promosi budaya.

“Ada sejumlah kegiatan dalam acara itu yakni, seminar budaya, kirab prajurit dan pawai budaya, pameran benda pusaka, pertunjukan tari kerajaan, perjalanan wisata hingga mengunjungi pusat kerajinan,” sebut Koordinator Budaya Panitia Promosi Budaya 7 Kerajaan Simalungun (PB7KS), Sultan Saragih melalui pesan tertulisnya, Senin (26/11/2018).

Dijelaskannya, Kerajaan Simalungun dalam perjalanannya memperkenalkan kebudayaan telah dilaksanakan 3 kali berturut turut melalui mengikuti event serupa.

“Pertama FKN XI Cirebon 2017, FKMA V (Festival Keraton dan Masyarakat Adat Asean) Sumenep, Madura 2018, hingga FKN XII Batusangkar, Tanah Datar, Sumatera Barat yang akan digelar 27-30 November 2018 bersamaan dengan event Pesona Minangkabau 28-2 Desember 2018,” ungkapnya.

Dalam kegiatan kali ini, ada 7 Raja Simalungun akan mengikuti FKN XII tersebut yakni Raja Ray, Tuan Artalim Saragih Garingging, Raja Siantar Tuan Difi Sangnuan Damanik, Raja Panei Tuan Jaulan Purba Dasuha , Raja Dolog Silou Tuan Tanjargaim Purba Tambak, Raja Silimahuta Tuan SN Girsang, Raja Tanah Jawa Tuan Kasli Sinaga dan Raja Purba Tuan Aminsyah Purba Pakpak.

Ditambahkan Jordi Purba selaku Ketua PB7KS, kedepan pihaknya akan berupaya agar Kerajaan Simalungun resmi menjadi anggota FKN, hingga kemudian mendapat kesempatan menjadi tuan rumah berikutnya festival Keraton Nusantara 2020.

“Selain hal itu, sejumla rangkaian agenda besar lainnya akan tetap kita tempuh, seperti upaya mendirikan rumah bolon 7 kerajaan kembali,” tandasnya.

Sementara itu, Penasehat PB7KS, Sarmedi Purba menambahkan, saat ini dibutuhkan sosialiasi mengenai pembangunan istana raja Simalungun, khususnya manfaat sebagai promosi budaya sekaligus mendatangkan kesejahteraan masyarakat melalui pariwisata.

“Berbagai pengamat budaya, penulis dan aktivis lainnya harus dilibatkan untuk mengisi media, kemudian membuat perencanaan, pertemuan dan seminar, sehingga output terlihat dalam APBD Kota Siantar dan Kabupaten Simalungun,” ujarnya

Sultan Saragih menambahkan, pihaknya sudah terlebih dahulu melakukan survei dan persiapan seminggu sebelumnya menjelang kehadiran 7 Kerajaan Simalungun pada acara tersebut.

Ia menegaskan, diplomasi kebudayaan sangat penting sebagai bukti eksistensi Kerajaan Simalungun masih ada, dan benar telah mempertahankan dan melestarikan adat istiadat.

“Kemampuan hubungan bilateral antar wilayah kerajaan ini sebenarnya sudah lama dilakukan oleh leluhur Simalungun. Salah satunya melalui penutup kepala adat Simalungun yang selama ini memakai gotong batik,” kata Sultan.

Menurutnya, jika ditelusuri lebih lanjut, dapat mengambil pendapat Raja Dolog Silou, Tuan Bandaralam Purba Tambak dengan literasi pusataha lak lah Partikkian Bandar Hanopan yang menyebutkan leluhur Purba Tambak berasal dari Pagaruyung.

“Pastinya, banyak hal tentang benang merah sejarah dan hubungan bilateral Simalungun dalam era nusantara yang belum kita gali dan buka, bisa menjadi pembelajaran bagi generasi,” sebutnya.

Sambungnya, kolaborasi PB7KS, Patunggung Simalungun, Sanggar Budaya Rayantara kali ini dalam FKN XII menjadi cermin bahwa sinergi dan bersatu akan lebih banyak menghasilkan karya budaya daripada tercerai berai, saling memisah seperti yang terjadi dalam perjalanan sosial budaya masyarakat Simalungun baru-baru ini.

“Kehadiran Festival Keraton Nusantara selain sebagai media pelestarian tradisi dan budaya, memperkuat identitas budaya, juga menjadi aset pariwisata terbukti dalam perhitungan kunjungan wisata setiap event nya mampu menyedot 10.000 pengunjung. Festival Keraton Nusantara berawal dari Festival Keraton se Jawa yang diadakan di Solo pada tahun 1992. Kegiatan ini kemudian dikembangkan menjadi Festival Keraton Nusantara (FKN). FKN I diselenggarakan tahun 1995 di Yogyakarta,” tuturnya.

Dijelaskannya, keberangkatan tim kerajaan dari Lapangan Parkir. ” Semalam kami berangkat, Minggu sore (25/11/2018),” tutupnya. (elisbet)