Tebingtinggi, Lintangnews.com | Usai menghadirkan seluruh saksi di persidangan dan pemeriksaan terdakwa, Jaksa Penuntut Umum (JPU) Okta Ginting dan Juni Telambanua menuntut Imran Doni Siregar selama 2 bulan penjara, Selasa (21/5/2019) di ruang sidang anak Pengadilan Negeri (PN) Tebingtinggi.
Pembacaan tuntutan itu seketika membuat mantan pejabat di Pemkab Serdang Bedagai (Sergai) itu tiba-tiba lesu. Begitu juga kuasa hukumnya. Sidang itu dipimpin majelis hakim Sangkot Tobing.
Dua pekan lalu JPU juga sudah menghadirkan istri dari mantan Camat Sei Bamban, Kabupaten Sergai.
Bahkan di persidangan, keterangan terdakwa Imran mengakui di depan majelis hakim, jika kasus yang dialaminya sudah meluas dan diketahui Wakil Bupati, Wiwik.
Saat itu, Wabup mengatakan padanya untuk menyudahi hubungan asmara dengan bidan cantik dan itu tidak baik dilanjutkan, sebab sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN). Bahkan diakui terdakwa ada hubungan asmara dengan saksi korban dan minta dinikahi.
Adanya surat perdamaian dengan saksi korban, terdakwa mengaku itu difasilitasi kuasa hukum, bukan inisiatifnya sendiri. Hal ini juga dibenarkan kuasa hukum terdakwa didepan majelis hakim dan JPU.
Sekedar diketahui, kasus ini sempat marak di media massa dan terdakwa ditahan sehari di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Tebingtinggi di Jalan Pusara Pejuang. Namun, saat ini terdakwa tidak ditahan sejak persidangan digelar di meja hijau.
Kasus ini naik ke persidangan terkait seorang bidan cantik mengaku korban Penganiayaan Imran Siregar.
Saksi istri terdakwa saat dihadirkan JPU mengakui, terdakwa ada hubungan asmara dengan saksi korban, Nurhamida Damanik yang merupakan Bidan Desa di Desa Pon, Kabupaten Sergai.
Saksi juga mengakui, terdakwa mengaku ada mempunyai utang pada Nurhamida sehingga sering berjumpa. Bahkan pernah melihat isi SMS dari Nurhamida ingin mati bersama dan menyebut terdakwa dengan panggilanAbah.
Menurut saksi, jika terdakwa tidak pernah memberikan uang padanya. Namun terdakwa saat itu tidak menjawab.
Dia juga mengaku, kasus ini sudah diketahui Sekretaris Daerah (Sekda) Pemkab Sergai dan mendengar kalau mereka sudah berdamai di kantor Kejaksaan. Tetapi dirinya tidak melihat isi perdamaian antara terdakwa dan saksi ada percakapan ingin kawin siri.
Dalam dakwaan jaksa disebutkan pada Minggu (7/1/2018), Imran melakukan penganiayaan terhadap Nurhamida bertempat di Jalan KL Yos Sudarso, Kelurahan Lalang, Kecamatan Rambutan, Kota Tebingtinggi.
Awalnya pada tahun 2016, Imran menjabat Camat Sei Bamban dan Nurhamida sebagai Bidan Desa Pon. Tanggal 7 Januari 2018 sekira pukul 13.00 WIB, terdakwa menghubungi Nurhamida dan mengajak untuk pergi ke Sipispis, dengan alasan ada acara perwiritan dalam rangka HUT Kabupaten Sergai.
Keduanya pun berangkat ke Sipispis untuk menghadiri acara tersebut. Selanjutnya keduanya kembali pulang ke Tebingtinggi. Sekira pukul 17.00 WIB setibanya di parkiran Masjid Agung, Imran dan Nurhamida terlibat cekcok mulut, karena saksi korban selalu minta pulang, namun tidak mengijinkan.
Ini membuat Imran menampar dan menarik dengan keras Nurhamida untuk tidak keluar dari dalam mobil. Saat itu terdakwa tetap tidak mengijinkan Nurhamida pulang menuju ke arah Limapuluh, Perdagangan, Kabupaten Simalungun. Kemudian terdakwa membawa saksi korban ke Penginapan di Kota Siantar.
Keesokan harinya sekira pukul pukul 08.00 WIB, keduanya kembali pulang ke Tebingtinggi dan terdakwa mengantarkan Nurhamida ke rumah temannya bernama Desi Yuliana di Jalan Asrama Kodim Lingkungan VI, Kelurahan Persiakan, Kecamatan Padang Hulu, Kota Tebingtinggi.
Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana pasal 351 ayat (1) KUHPidana. (purba)