Simalungun, Lintangnews.com | Seiring berjalannya waktu, penyimpangan lainnya diduga terjadi di balik BumNag (Badan Usaha Milik Nagori/Bumdes) Lestari Indah, Kecamatan Siantar, Kabupaten Simalungun dan berpotensi memicu polemik terus terkuak ke permukaan.

Terbarunya, mantan Sekdes (Sekretaris Desa) Lestari Indah, Kiki berniat membatalkan dan keberatan diikut-sertakan dalam pelaksanaan atau pengadaan 3 jenis peralatan yang mangkrak selama 6 bulan.
“Saya akui ada perencanaan. Cuma di pelaksanaan dan pengerjaannya saya mau batalkan karena tak ikut dan masalah penggunaan biayanya, mereka yang tau,” jelas Kiki pada wartawan, Senin (29/10/2018).
Kiki yang kembali bertugas sebagai staf di Kantor Camat Siantar itu mengaku tau dilibatkan dalam pelaksanaan dan pengerjaan. Kiki juga mengatakan, tak tau apa alasannya sehingga dilibatkan.
“Iya, kurang taulah bang. Alasan itu mungkin ke mereka lah yang langsung tau. Tapi, segeralah diselesaikan mereka kekurangannya,” ucap Kiki sembari tertawa dan mengaku kurang tau apa kekurangan yang dimaksud.
Rencananya, lusa, Kiki berangkat ke Inspektorat Simalungun untuk menemui Irban (Inspektur Pembantu) II, Alfred Butar-Butar. Karena saat itu, Irban menyebutkan, tidak apa-apa dan sebenarnya Kiki menaruh keberatan dilibatkan.
“Habis kegiatan PPK ini lah. Sebenarnya, saya keberatan, hanya mereka bilang gak masalah. Kalau ada pertanyaan bisa dijawab. Waktu itu Inspektorat buru-buru dan ada juga Pangulu. Terus mereka berangkat, ” paparnya.
Sementara, pengakuan Alfred Butar-Butar, berbelit-belit dan berbeda dengan pengakuan Kiki. Saat ditemui di ruang kerjanya, Senin (29/10/2018), Alfred mengatakan masih dalam proses pulbaket (pengumpulan bahan keterangan).
“Belum terbentuk, dan AD/ART masih dalam proses pembentukan. Seperti kata mereka, unit usaha. Yang mereka buat itu, masih unit usaha dan pihak nagori yang mengerjakan. Itu sepertinya masih saya lihat,” kata Alfred.
Disinggung mengenai pengakuan Kiki, bahwa Irban setuju dengan pelaksanaan BumDes Lestari Indah mangkrak, raut wajah pria berkaca mata tersebut seketika gelisah.
“Setuju? Jadi, dibilanglah saya setuju? Ah ngarang itu. Atau beginilah, mendingan duduk bersama. Kami pun jumpa gak pernah. Kenal pun saya gak. Pintar-pintaran orang ini,” kilahnya.
Sebelumnya, Pangulu Nagori Lestari Indah, M Girsang kepada wartawan meminta untuk mengkompromikan terlebih dahulu. “Kalau ada yang perlu langsung ke kantor saja,” ucapnya.
Seperti diketahui, pengadaan dan pelaksanaan BumDes Lestari Indah yang diduga tanpa perencanaan, musrenbangdes (musyawarah pembangunan desa) dengan membeli mesin foto copy, percetakan dan sablon menelan biaya Rp475 juta. Namun, sampai saat ini justru mangkrak. (zai)