Ini Kronologi Gajah Sumatera Mati di ANECC Simalungun

Gajah bernama Dwiki yang mati di Aek Nauli Elephant Conservation Camp (ANECC) Nagori Sibaganding.

Simalungun, Lintangnews com | Satu ekor Elephas Maximus Sumatranus (Gajah Sumatera) bernama Dwiki mati di Aek Nauli Elephant Conservation Camp (ANECC) Nagori Sibaganding, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun, Selasa (14/2/2023) sekira pukul 06.20 WIB.

Informasi yang dihimpun, Sabtu (18/2/2023) menyebutkan, awalnya gajah itu dipindahkan dari Barumun Nagari Wildlife Sanctuary (BNWS) Kabupaten Padang Lawas Utara (Paluta).

Dwiki dipindahkan bersama gajah lainnya bernama Dini ke ANECC. Pemindahan gajah ini selalu didampingi tim medis dokter hewan dari Vesswic.

“Sesampainya di ANECC dilakukan perawatan intensif dengan diberikan pakan, obat-obatan dan vitamin,” ujar Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatera Utara, Rudianto Saragih.

Kemudian pada tanggal 7-8 Januari 2023, saat pemeriksaan kondisi kesehatan Dwiki, ditemukan kondisi luka luar di pipi kanan. Saat itu lukanya sudah mulai membaik dan Dwiki sudah mulai makan dan minum walaupun sedikit. Namun pada tanggal 8 Februari 2023, Dwiki mulai tidak mau makan.

“Atas kondisi itu, pada 11 Februari 2023, dokter Vesswic kembali turun ke ANECC. Selanjutnya tim Vesswic dibantu Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati Spesies dan Genetik mengirimkan dokter hewan ahli gajah dari Taman Safari Indonesia (TSI) untuk melaksanakan perawatan intensif terhadap Dwiki,” ujar Rudianto.

Tim medis melakukan tindakan dengan memberikan 100 botol infus, obat-obatan dan vitamin. Namun kondisi Dwiki semakin melemah. Akhirnya Selasa (14/2)2023), Dwiki tidak tertolong lagi dan satwa langka tersebut dinyatakan mati.

“Selanjutnya dilakukan nekropsi dengan hasil sesuai dengan penjelasan dokter bahwa gajah Dwiki mengalami infeksi pada gigi kanan bawah sehingga tidak bisa tumbuh secara normal,” ungkap Rudianto.

Kondisi ini mengakibatkan gigi graham atas yang sehat tidak tumbuh normal, sehingga penampakan gigi menjadi asimetris antara kiri dan kanan.

Adanya kelainan struktur gigi ini mengakibatkan gajah sulit untuk makan dan makanan yang masuk berkurang, sehingga Dwiki mengalami malnutrisi.

“Hal ini berdampak pada lambung dan volumenya tidak bisa optimal. Ini juga diperparah dengan intosusepsi lambung, sehingga berdampak pada malnutrisi dan malabsorsi. Dimana tubuh kesulitan menyerap nutrisi dari makanan, sehingga terjadi penurunan kesehatan dan berat badan,” papar Rudianto.

Selesai nekropsi, bangkai gajah akhirnya dikuburkan di lokasi ANECC. Gading gajah dipotong untuk disimpan di BBKSDA Sumut.

“Kita bersama dokter dari Jakarta saat ini memeriksa semua kesehatan gajah di ANECC, Barumun Nagari Wildlife Santuary dan Pusat Pelatihan Gajah Holiday Resort. Pemeriksaan ini meliputi kesehatan dan pengambilan sampel dan darah untuk dibawa ke laboratorium,” tutup Rudianto. (Rel/Zai)