Jakarta, Lintangnews.com | Majelis Pekerja Harian Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (MPH-PGI) menyampaikan dukacita mendalam atas jatuhnya korban jiwa dalam peristiwa penembakan dan pembunuhan di Kabupaten Nduga, Papua, pada Minggu (2/12/2018).
Peristiwa itu semakin menambah daftar panjang kekerasan demi kekerasan yang terjadi di Papua selama ini.
Menyikapi hal ini, PGI menyatakan pernyataan sikapnya dan menyampaikan duka mendalam dengan jatuhnya korban dari kalangan sipil, yang belum tentu tau apa-apa apalagi terlibat dalam permasalahan Papua yang sangat kompleks. Peristiwa itu dinilai telah menciderai harkat manusia sebagai citra Allah.
“Sejauh kami pahami, mereka adalah pekerja pada PT Istaka Karya, yang sedang mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Kami menyampaikan dukacita yang mendalam kepada keluarga yang ditinggalkan seraya berdoa, semoga Tuhan yang Maha Pengasih menguatkan keluarga dalam menghadapi masa-masa yang sulit ini,” sebut Ketua Umum PGI, Pdt Henriette TH Lebang damping Sekretaris Umum, Pdt Gomar Gultom melalui siaran pers elektronik, Sabtu (8/12/2018).
Henriette menuturkan, pihaknya menghimbau aparat negara agar bekerja secara profesional dan proporsional dalam menciptakan rasa aman dan damai bagi masyarakat Papua dan seluruh penduduk Indonesia di manapun berada.
“Kami juga mendorong aparat negara untuk menyelidiki dan mengusut tuntas peristiwa itu, dengan mengutamakan pendekatan kultural, demi mengurangi ketegangan di tengah masyarakat Papua dan mencegah jatuhnya semakin banyak korban di kalangan masyarakat sipil,” paparnya.
PGI juga prihatin dengan pendekatan kekerasan dalam penyelesaian masalah Papua, baik yang dilakukan oleh masyarakat sipil, kelompok-kelompok bersenjata maupun aparat negara.
“Pendekatan kekerasan, dalam bentuk apa pun, menurut hemat kami, tidak akan pernah menyelesaikan masalah, selain hanya akan menciptakan luka-luka baru yang pada gilirannya akan menciptakan lingkaran kekerasan,” sebut Henriette.
Mereka juga menghimbau seluruh pihak untuk menghentikan segala bentuk kekerasan dan menyelesaikan ragam persoalan yang ada dengan duduk bersama membicarakannya secara beradab dan bermartabat. PGI menilai, dengan cara itu bisa membebaskan Papua dari berbagai masalah yang membelit.
“Kami menghargai upaya pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo yang memberi perhatian besar kepada pembangunan Papua selama 4 tahun terakhir ini,” tambah Gomar.
Dalam pengamatan PGI, ternyata pembangunan ekonomi dan infrastruktur yang luar biasa tersebut belum mampu sepenuhnya menjangkau hati seluruh masyarakat Papua.
Pasalnya, pada saat yang sama PGI menyaksikan gejala semakin kuatnya aspirasi untuk menentukan nasib sendiri di kalangan sebagian masyarakat, baik yang terungkap di Papua, di berbagai kota di Indonesia, maupun dalam kampanye internasional.
“Hal ini menunjukkan cara penyelesaian yang parsial-pragmatis belum dapat memecahkan permasalahan Papua. Bahkan berbagai aksi kekerasan yang dilakukan omasyarakat sipil dan kelompok bersenjata juga ditengarai sebagai bentuk protes atas tidak diindahkannya tuntutan masyarakat akan penyelesaian masalah Papua secara menyeluruh,” sebut Gomar.
Dalam hal ini, PGI menghimbau semua masyarakat, khususnya elemen masyarakat terkait Papua, untuk dapat melihat masalah Papua secara menyeluruh dan menemukan akar masalahnya untuk selanjutnya diatasi bersama.
PGI berpandangan, duduk bersama dalam percakapan dari hati ke hati, apakah itu dalam bentuk Dialog Nasional sebagaimana banyak dituntut oleh sementara pihak di Papua, atau Dialog Sektoral seperti pernah dicanangkan Presiden Joko Widodo, jauh lebih bermartabat dan sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan Konstitusi RI.
“Libatkan masyarakat adat, gereja dan beragam pemangku kepentingan di Papua dalam hal ini akan memudahkan pemerintah dalam menjalankan roda pembangunan di Papua menuju masa depan. Biarlah melalui peziarahan Advent selama minggu-minggu Advent ini kita dapat berjalan bersama menyongsong kedatangan Kristus sebagai hikmat bagi kita semua. Dalam perjalanan bersama ini kita mengharapkan masa depan yang lebih baik buat Papua dan bagi seluruh Indonesia,” kata Gomar mengakhiri. (rel)