Simalungun, Lintangnews.com | Berlangsungnya proyek rehabilitasi maupun perbaikan dan peningkatan infrastruktur pada Daerah Irigasi (DI) Raja Maligas (1.000 hektar) di Kecamatan Hutabayu Raja, Kabupaten Simalungun dikerjakan PT Peduli Bangsa tanpa gambar kerja dan Rencana Anggaran Biaya (RAB), bahkan tanpa termin awal.
Dugaan adanya main mata antara Unit Pelaksana Tugas (UPT) Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Bah Bolon sebagai penanggungjawab kegiatan dengan PT Peduli Bangsa selaku pelaksana proyek bersumber dari APBD Provinsi Sumatera Utara itu tidak dibantah, Seger yang mengaku pengawas lapangan pasca ditemui di lokasi kegiatan, kemarin.
“Dari UPT SDA Bah Bolon. Iya si Hutapea bawahan Simamora yang sudah meninggal dunia pada Jumat kemarin. Belum tau lagi siapa pengganti. Sementara pelaksananya pak Julianto sebagai Kasi Irigasi dan saya pengawasnya di lapangan,” ungkap Segar.
Dia juga mengaku, plangkatnya seperti itu. Sementara kalau gambar kerjanya MC 0 sesuai dari arsitek nya. “Sama pelaksana proyek ada juga gambarnya. Jalurnya orang itu kan. Nantilah pak, tanya si Hutapea, dia masih di jalan dan katanya mau kesini,” paparnya.
Menurutnya, Hutapea sebagai pengawas utama kegiatan itu. “Arlen Jonathan Hutapea namanya. Katanya masih di jalan mau kesini. Bapak dari mananya, ulangnya bertanya. Lupa pula saya nomor handphone (HP) nya. Nantilah kalau dia datang. Gimana gitu dia yang tau,” ucapnya jika gambar kerja tidak ada.
Segar menuturkan, pihak UPT PSDA Bah Bolon beralamat di Jalan Asahan Km 3.5 di Kecamatan Siantar, Kabupaten Simalungun itu, jika kegiatan menggunakan sistem unit price di sub kontrakkan oleh PT Peduli Bangsa kepada Midi warga Kerasaan. Sementara Piliang selaku mandor lapangan.
Sementara menurut salah satu pekerja, Midi berprofesi di salah satu Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). “Kesana lah kita pak, di sananya tadi si Piliang. Kalau si Midi itu orangnya LSM nya itu sekaligus pemborong, baiknya orangnya,” ucap pekerja mengaku marga Pardede warga Bukit Maraja, Kecamatan Gunung Malela.
Pantauan di lapangan, akibat adanya pembiaran, diduga untuk mendapatkan keuntungan pribadi secara berjamaah, dinding saluran irigasi pasangan batu padas pecah yang sudah terpasang dibiarkan digenangi air walaupun permukaan dindingnya belum diaci ataupun diplester. Sementara antara susunan batu padasnya justru berongga.
Tidak itu saja, penyakit ‘buta tuli’ pada proyek UPT PSDA Bah Bolon Dinas SDA Cipta Karya dan Tata Ruang, Provinsi Sumatera Utara dimulai pada tanggal 2 Agustus 2018 dan berakhir 15 Agustus 2018 menggunakan semen jenis Tiga Roda, dan semen jenis Holcin berisi 40 kg.
Parah lagi, para pekerja dalam memasang pondasi pada galian sedimen asal jadi, menggunakan perekat (campuran semen pasir 1:5) dalam keadaan kering. Caranya, batu padas pecah dibenamkan dalam galian sedimen, dan setelahnya mencurahkan perekat kering, lalu menyusun lagi batu padas pada bagian atasnya.
Wijaya selaku Kepala UPT PSDA Bah Bolon hingga berita ini diturunkan belum dapat dikonfirmasi. Walau konfirmasi yang coba dilayangkan melalui telepon seluler miliknya, namun tidak pernah aktif. Dan walaupun saat aktif, lebih sering mengabaikan panggilan masuk. (zai)