Siantar, Lintangnews.com | Sebanyak 14 orang petani yang berasal dari 4 Kabupaten di wilayah sekitar Danau Toba (Taput, Simalungun, Tobasa dan Samosir) study banding tentang budidaya tanaman macademia ke PT Mitra Krinci di Solok Selatan, Provinsi Sumatera Barat pada tanggal 13-15 Desember 2018.
Adapun ke 14 petani itu adalah Hotlin Siregar, Asitua Simboion dan Eliakim Siregar (Taput), Djasiun Sitio, Abdul Karim Sitio, Benson F Marbun, Horasma Sidabutar dan Renta Hutabarat (Simalungun), Maruahal Hutabarat, Agus Nadapdap dan Rijon Purba (Tobasa), serta Martin Paulus Sitanggang, Guyandres Simarmata dan Hapotan Simbolon (Samosir).
Seperti diketahui, studi banding itu merupakan program Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Asahan-Barumun yang beralamat di Jalan Viyata Yuta No 108, Kota Siantar.
Tekstiyanto selaku Kepala BPDAS Asahan-Barumun, Minggu (16/12/2018) menuturkan studi banding ini bertujuan memfasilitasi para petani untuk belajar bagaimana teknik budidaya dan pemasaran tanaman macadamia yang nantinya dikembangkan di wilayah sekitar Danau Toba.
“Ke 14 petani itu diharapkan nantinya sebagai pelopor penanaman macademia di wilayahnya masing-masing,” sebut Tekstiyanto.

Diketahui, macademia merupakan tanaman yang sangat popular di dunia saat ini. Karena tanaman ini mempunyai buah yang dinamai kacang macademia yang paling enak dan termahal di dunia.
“Kiranya peserta dapat memanfaatkan kesempatan ini sebaik-baiknya untuk belajar bagaimana teknik budidaya tanaman macademia dan pada waktunya nanti dapat mengembangkannya di daerah masing-masing,” ucap Tekstiyanto.
Studi banding itu dikoordinir oleh Tetty dari BPDAS Asahan-Barumun, sementara para petani didampingi Mustafa Ginting dan Simon Sidabukke dari Forum DAS Asahan Toba.
Semua peserta mengaku, senang dan puas mengikuti semua rangkaian kegiatan studi banding itu, walaupun sedikit melelahkan.
“Semua para petani yang menjadi peserta berkomitmen akan menindak lanjuti hasil studi banding dengan menanam macademia di lahan mereka dan akan mensosialisasikannya kepada petani di wilayah masing-masing,” ujar Mustafa Ginting. (elisbet)