Humbahas, Lintangnews.com | Salah seorang anak perantau asal Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas), Arnold Sihite menilai pertanian yang terus digencarkan Pemkab setempat hanya retorika.
“Bahkan cenderung bukan mensejahterakan, melainkan membuat susah masyarakat,” kata Arnold pada wartawan, Senin (8/6/2020).
Arnold mengatakan, salah satu bentuk gencarnya pertanian itu adalah pemberian bibit cabai, jagung dan kentang yang didatangkan dari Pulau Jawa.
Menurut Arnold, pemerintah terlalu mudah menggencarkan produk pertanian dimaksud pada masyarakat, dengan alasan itu (pertanian) lebih unggul.
Namun, fakta di lapangan hasilnya tidak pernah terlihat biar pun pernah dipanen. Hal itu disebabkan karena kurangnya pendampingan dan jaminan dari pemerintah.
“Saat ini bawang merah dan bawang putih mau uji coba dari Berebes sebanyak 24 ton. Ini juga tidak beralasan menurut saya, karena bibit yang diterima tidak sesuai lahan yang sudah ditraktor. Contoh lain, bibit jagung yang diberikan akhirnya terbuang tidak ditanam, karena tak jelas arahaan dari pemerintah untuk lahan yang mau ditanam,” ujarnya.
Ketua Umum Federasi Serikat Pekerja Percetakan Media Informasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (PP FSP KSPSI) sekaligus Sekretaris DPP KSPSI ini menuturkan, lebih penting saat ini membudidayakan pertanian yang sudah ada, seperti tanaman kopi.
“Bicara masalah kopi juga bagus dan mempunyai masa depan dari nenek moyang kita sampai saat ini masih menjadi primadona. Ini seharusnya menjadi prioritas. Masalah pengurusan kopi pun gampang,” ucapnya.
Selain kopi, tambah Arnold, tomat, palawija, cabai dan sayuran juga merupakan tanaman prioritas di Humbahas.
Menurutnya, mengurus tanaman tomat seperti bayi yang harus telaten, karena paling banyak yang diurus mulai pestisida, pupuk dan mengutip daun yang tidak penting supaya buahnya besar. Dia menuturkan, jika daun hitam karena sinar matahari bercampur hujan gerimis, maka yang harus dilakukan penyemprotan pestisida.
“Hal-hal seperti ini lah penyuluhan yang dilakukan Dinas Pertanian (Distan) dengan ahlinya, sehingga bisa menghasilkan panen yang melindungi petani sebagai solusi,” pungkasnya sembari menambahkan bibit durian harus menunggu proses 2 tahun hasilnya kedepan.
Menurutnya, pertanian itu lebih fokus pada peningkatan penyuluhan dan harga, ketimbang mengumbar janji dengan percocokan tanaman yang lain dan ternyata tidak jelas kedepannya.
“Jangan seperti saat ini harga cabai di Humbahas anjlok dan dijanjikan penampungan perusahaan di Jakarta ternyata tidak dilaksanakan. Akhirnya petani menderita, padahal Pemkab Humbahas menyuruh menanam cabai,” katanya.
Arnold juga mengatakan, Bupati Dosmar Banjarnahor yang sudah 5 tahun menjalankan roda pemerintahan di Humbahas yang terus gencar untuk memajukan pertanian, diharapkan benar-benar serius. Apalagi dengan rencananya mendirikan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) pangan.
Sebab tambah Arnold, tujuan pendirian BUMD pangan dapat memperpendek rantai distribusi yang berakibat harga komoditas terjaga dan berujung pada terkendalinya inflasi. Sehingga keberadaan BUMD pangan diperlukan, termasuk infrastruktur pendukung lainnya seperti cold storage yang bisa digunakan menampung hasil produksi petani pasca panen. Meskipun, menurut Arnold, pendirian BUMD itu sebenarnya sudah terlambat.
“Gak apa-apa, masih ada kesempatan untuk mendirikan BUMD dengan catatan ada komitmen jelas dari Pemkab Taput untuk memajukan pertanian bersama kelompok tani (poktan) dengan menguasai cara bertani yang baik, tukasnya.
Ini termasuk kemudahan dan perlindungan kepada petani, sehingga keberadaan BUMD nantinya adalah BUMD pangan Humbahas bukan Provinsi. “Ini agar benar-benar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat Humbahas,” pungkas mantan anak petani ini.
Sebelumnya, Pemkab Humbahas terus menggencarkan pertanian di daerah itu. Mulai, jagung, padi gogo, cabai dan kentang. Sementara saat ini digencarkan penanaman bawang merah dan bawang putih. (DS)