Siantar, Lintangnews.com | Kinerja Wali Kota, Hefriansyah selaku Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Siantar mendapat kritik keras.
Bagaimana tidak, angka positif Covid-19 di Siantar semakin bertambah padahal sejumlah upaya telah dilakukan.
“Wali Kota Siantar harus belajar dari daerah lain dalam melakukan pencegahan Covid-19. Kan ada daerah lain yang sebelumnya zona merah menjadi zona hijau. Ini Siantar zona hijau jadi zona merah,” sebut Mangatas Silalahi selaku Wakil Ketua DPRD Siantar, Senin (8/6/2020).
Menurut Ketua Golkar Siantar ini, kedisiplinan yang dipakai daerah lain membuat angka tertular Covid-19 menjadi menurun.
“Disini, Pemko Siantar hanya sebatas menghimbau agar melakukan protokoler kesehatan, lalu mereka melanggar sendiri himbauan itu dengan melakukan pembagian sembako secara berkerumun,” ucapnya saat ditemui di ruangan Fraksi Golkar didampingi anggota dewan lainnya, Lulu G Purba dan Hendra Pardede.
Terkait hal itu, Mangatas meminta Wali Kota untuk menetapkan Siantar sebagai status Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
“Minta ke Gubernur terkait hal itu, kan kemarin kita ditetapkan zona merah. Jadi untuk merubah ini ke zona hijau harus ada terobosan yang luar biasa untuk dilakukan, salah satunya lewat PSBB,” tutur Mangatas.
Penerapan PSBB nantinya, lanjut Mangatas, sanksi akan diterapkan agar masyarakat disiplinĀ sehingga dapat menekan penyebaran Covid-19.
“Ini malah saya dengar Wali Kota katanya mau keluarkan Peraturan Wali Kota (Perwa), mana bisa. Penanganan Covid-19 ada protokolernya, nggak boleh Wali Kota mengeluarkan kebijakan sendiri harus koordinasi,” ujarnya.
Mangatas juga mendesak Wali Kota untuk memberikan intensif kepada petugas kesehatan selaku garda terdepan dalam penanganan Covid-19.
“Mereka kan garda terdepan, harus ada perhatian khusus pemerintah pada mereka” ucap Mangatas.
Melihat situasi saat ini, dirinya menduga Wali Kota tak serius dalam penanganan Covid-19.
“Ada kesan dia (Wali Kota) suka memperlama wabah ini agar nantinya anggaran terus direcofusing. Atau dugaan kita, Wali Kota tidak suka Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) diselenggarakan tahun ini, jadi dipaksa zona merah. Kalau sempat 1.000 orang yang positif Covid-19 di Siantar, nggak mungkin lagi dilakukan Pilkada,” tandasnya.
Update data per Minggu (7/6/2020) pukul 18.00 WIB, ada tambahan 4 orang warga positif hasil swab, sehingga total mencapai 34 kasus. Dari jumlah itu, 22 orang masih dalam perawatan di 7 Rumah Sakit (RS), 9 orang sembuh dan 3 orang meninggal dunia. (Elisbet)