Kanker di Indonesia dan Perkembangan Onkologi

Oleh : dr Liber Siahaan

Siantar, Lintangnews.com | Angka penderita kanker di Indonesia masih tinggi. Kanker merupakan salah satu jenis penyakit yang menjadi penyebab kematian tertinggi di dunia. Angka kejadian kanker selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya.

Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 menunjukkan bahwa tinglat prevalensi kanker dan tumor meningkat 0.39 dari 1.4 per seribu penduduk ke 1.79 per seribu penduduk.

Menurut data yang dirilis oleh Kementrian Kesehatan, di tahun 2018 terdapat sekitar 18.1 juta kasus kanker dengan angka kematian mencapai 9.6 juta. Di dunia, satu dari lima orang pria dan satu dari enam wanita mengalami kanker. Satu dari delapan pria dan satu dari sebelas wanita meninggal karena kanker.

Data dari Riset Kesehatan Dasar 2018 Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, prevalensi kanker tertinggi di Indonesia berada di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 4,86 per seribu penduduk, Sumatera Barat 2,47 per seribu penduduk, dan Gorontalo 2.44 per seribu penduduk.

Pada perayaan Hari Kanker Sedunia 2019 lalu, beberapa data menunjukkan bahwa pengidap kanker di Indonesia masihlah tinggi dan berada pada angka 136.2 per seratus ribu penduduk. Hal ini menyebabkan Indonesia berada di urutan ke-23 kasus kanker terbanyak di Asia dan ke 8 delapan terbanyak di Asia Tenggara.

Kasus Kanker Terbanyak di Indonesia

Kanker payudara dan leher rahim tercatat sebagai jenis kanker terbanyak yang diidap oleh masyarakat Indonesia. Kanker ini sekaligus menjadi faktor utama kematian tertinggi.

Kanker payudara merupakan gangguan kesehatan yang ditandai dengan munculnya benjolan di sekitar payudara. Hampir sebagian besar penderita kanker payudara tidak mengalami rasa nyeri ketika benjolan terjadi.

Hal itulah yang membuat penderitanya tidak menganggapnya serius dan baru memeriksakan diri ketika sel kanker telah menyebar sehingga lebih sulit ditangani.

Sementara kanker leher rahim atau disebut juga dengan kanker serviks merupakan penyakit yang disebabkan oleh Human Papiloma Virus (HPV). Berhubungan seksual dengan banyak orang, kebiasaan merokok, melahirkan di usia muda, dan infeksi klamidia menjadi penyebab utama kanker serviks.

Untuk mencegah penyebaran virus HPV, wanita yang telah berhubungan seksual dianjurkan untuk melakukan pap smear secara berkala. Kurangi kebiasaan merokok juga dapat menurunkan risiko terkena kanker serviks. Kendati kasus kanker leher rahim sangat umum ditemukan di seluruh dunia, kanker ini lebih banyak ditemukan di negara berkembang, termasuk Indonesia.

Data dari Globocan menunjukkan bahwa angka kejadian kanker payudara mencapai angka 42.1 per seratus ribu penduduk dengan angka kematian rata-rata 17 per seratus ribu penduduk. Sementara angka kejadian kanker leher rahim mencapai 23.4 per seratus ribu penduduk dengan angka kematian rata-rata 13.9 per seratus ribu penduduk.

Jika kanker payudara dan kanker leher rahim menjadi momok menakutkan bagi wanita, maka kanker paru-paru dan kanker hati menjadi momok paling menyeramkan bagi pria.

Kanker paru-paru berada di urutan ketiga tertinggi penyebab kematian di Indonesia disusul oleh kanker hati. Kanker paru-paru merupakan penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan sel abnormal di jaringan paru-paru.

Lingkungan tempat tinggal yang kotor, polusi udara, dan adanya riwayat keluarga menjadi penyebab utama kanker paru-paru. Oleh karena itu, selalu jaga kebersihan lingkungan, gunakan masker ketika bepergian, dan rutin cek kesehatan untuk menekan risiko terserang kanker paru-paru.

Sering kali pengidap kanker paru-paru tidak menyadari dirinya terserang penyakit berbahaya ini.

Pasalnya, gejala kanker paru-paru tampak seperti penyakit bronkitis, tuberkolosis, efusi pleura, pneumonia dan abses paru. Gejalanya, meliputi batuk, nyeri di bagian dada, sesak napas, mengigil, suara serak dan penurunan bobot tubuh.

Jika tidak ditangani sejak dini, maka pertumbuhan sel akan cepat menyebar ke luar dari paru-paru melalui metastasis ke jaringan tubuh lainnya.

Sementara kanker hati adalah gangguan kesehatan yang menyerang hati. Penyakit ini terbagi menjadi dua jenis, yakni kanker hati primer dan kanker hati sekunder.

Kanker hati primer muncul dan berkembang di bagian hati dan sering menyebabkan komplikasi, seperti sirois dan hepatitis.

Sementara kanker hati sekunder muncul dan berkembang di bagian lain, seperti paru-paru, usus, dan payudara yang kemudian menyebar ke bagian hati (metastasis).

Data dari Globocan menunjukkan bahwa kanker paru-paru merupakan penyebab kematian tertinggi untuk laki-laki di Indonesia dengan angka kejadian mencapai 19.4 per seratus ribu penduduk dengan angka kematian rata-rata 10.9 per seratus ribu penduduk.

Sementara angka kejadian kanker hati mencapai 12.4 per seratus ribu penduduk dengan angka kematian rata-rata 7.6 per seratus ribu penduduk.

Kurangnya kesadaran masyarakat dan penanganan terlambat menjadi faktor utama kematian akibat Kanker, kendati Kementrian Kesehatan telah mengembangkan program penemuan dan deteksi dini serta meningkatkan pelayanan paliatif kanker, kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan menjadi penyebab terhambatnya penanganan kanker.

Padahal waktu adalah faktor kunci dalam penyembuhan kanker. Mirisnya, masih banyak orang yang menunda pemeriksaan hingga kanker mencapai tahap lanjut. Hal inilah yang memperbesar risiko kematian.

Selain itu, kurangnya Rumah Sakit khusus kanker dan peralatan canggih di banyak Rumah Sakit di pelosok menjadi faktor penyebab lambatnya penanganan pasien kanker. Alhasil, tak sedikit pasien kanker yang meregang nyawa sebelum operasi pembedahan berlangsung.

Oleh karena itu, Kementrian Kesehatan menghimbau agar masyarakat lebih peduli dan memiliki kesadaran untuk menjaga kesehatan.

Ketika tubuh kurang fit atau mengalami hal yang mencurigakan, seperti tumbuh benjolan atau batuk tak kunjung sembuh, segera periksakan diri ke Rumah Sakit terdekat.

Gambaran Umum Mengenai Bedah Onkologi

Mengingat penyakit kanker merupakan penyakit mematikan kedua di dunia setelah penyakit kardiovaskular, yakni jantung dan stoke, penyakit ini harus mendapatkan perhatian khusus. Di dunia medis, terdapat bidang yang secara khusus menangani pencegahan dan pengobatan kanker, yakni Onkologi.

Dokter yang mengkhususkan diri pada bidang ini disebut onkolog. Berbeda dengan dokter biasa yang dapat menangani satu pasien, onkolog sering menangani pasien secara bersama.

Onkolog diperbolehkan untuk memberikan saran terhadap seluruh aspek pemeriksaan hingga penanganan kanker, termasuk melaksanakan radioterapi, kemoterapi, dan pembedahan.

Sebagai ahli kanker, onkologi klinis terbagi ke dalam tiga bidang, yakni onkologi bedah, onkologi medis dan onkologi radiasi.

Onkologi bedah merupakan cabang ilmu yang mempelajari aspek ilmu bedah pada kanker, seperti biopsy, stadium, dan reseksi bedah tumor. Onkologi merupakan cabang ilmu yang fokus pada penanganan kanker dengan pengobatan, seperti perawatan menggunakan obat dan kemoterapi.

Sementara onkologi merupakan cabang ilmu yang fokus pada penanganan kanker menggunakan radiasi terapeutik. Terapeutik adalah kemampuan seorang dokter dalam berinteraksi untuk membantu pasien mengatasi gangguan psikologis.

Radiasi terapeutik menggabungkan konsep radiasi yang memanfaatkan sinar pembunuh sel kanker dengan kemampuan onkolog untuk menenangkan pasiennya.

Umumnya pasien akan lebih sering bersinggungan dengan onkolog medis. Seorang onkolog medis bertugas untuk memeriksa, mendiagnosis, dan merekomendasikan penanganan kanker secara menyeluruh sesuai kebutuhan pasien.

Beberapa jenis kanker yang ditangani oleh onkolog medis, antara lain kanker payudara, kanker saluran pencernaan, kanker kolorektal, kanker kulit (melanoma), kanker darah (leukemia), kanker paru-paru, kanker ovarium, dan tumor pada ginjal.

Berkat kecanggihan teknologi, onkolog tidak hanya dapat mengandalkan riwayat kesehatan pasien untuk mengetahui tingkat keparahan kanker.

Dengan adanya rontgen, endoskopi, CT scan, MRI dan USG, deteksi dini untuk mencegah kanker pun dapat dilakukan secara optimal.

Tentunya, kesadaran masyarakat akan pentingnya menerapkan gaya hidup sehat dapat menurunkan angka kematian akibat kanker. Selalu ingat bahwa mencegah lebih baik daripada mengobati. (Elisbet)