Siantar, Lintangnews.com | Komisi I DPRD Kota Siantar menemukan sejumlah masalah yang cukup kompleks dibawah kewenangan Dinas Kesehatan (Dinkes) dalam hal penanganan Covid-19.
Permasalahan ini didapati Ketua Komisi I, Andika Prayogi Sinaga bersama anggota Komisi lainnya seperti Tongam Pangaribuan, Ilham Sinaga, Baren Purba DAN Arif Hutabarat saat mengecek kesiapan pihak Puskesmas Bane dalam menangani pasien Covid-19, Jumat (20/8/2021).
Andika mempertanyakan jumlah pasien Covid-19 yang sedang menjalani isolasi mandiri (isoman), rata-rata yang terpapar pasca penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 4 dan apa langkah yang dilakukan melayani pasien yang isoman.
Menjawab hal itu, Kepala Puskesmas (Kapus) Bane, Lesly Saragih mengatakan, jumlah pasien isoman sebelum PPKM level 4 sebanyak 18 orang dan saat ini tinggal 14 orang. Ia mengaku, belum ada penurunan yang signifikan.
Semua pasien, sebut Lesly, dipantau tiap hari lewat telepon seluler dan memberikan obat maupun vitamin sesuai ketersediaan barang. Jika kondisi pasien tidak bergejala baru bisa dinyatakan sembuh. Sementara yang bergejala akan ditesting.
Andika pun lanjut bertanya mengenai pelaksanaan vaksinasi. Menurut Lesly, semua berjalan baik di Kelurahan Bane. Namun ia menyayangkan vaksinasi missal, karena dianggap tidak tepat sasaran dan menimbulkan kerumunan.
“Target vaksin tidak pas, karena banyak yang tak tepat sasaran. Sarannya vaksin ini disalurkan kepada Puskesmas, sehingga kami bisa bekerja sama dengan Ketua Rukun Tetangga (RT) lewat Lurah. Sehingga kami bisa memvaksin warga sesuai Kartu Tanda Penduduk (KTP),” terangnya.
Komisi I menilai apa yang diutarakan Lesly merupakan masukan yang sangat baik dan akan disampaikan kepada Dinkes atau Satgas Covid-19 Siantar, sehingga kedepannya pelaksanaan vaksin segera diubah.
Komisi I juga menekankan, vaksinasi harus dilakukan tanpa pandang bulu dan jangan karena berdasarkan kedekatan petugas dengan warga tertentu. “Jangan karena dekat baru divaksin, sedangkan yang lain diabaikan,” sebut Andika.
Sementara itu, Tongam Pangaribuan bertanya soal kendala yang dihadapi jajaran petugas Puskemas. Kapus pun membeberkan kenyataan yang mereka hadapi. Salah satunya ketersediaan obat-obatan.
Menurutnya, dalam menangani pasien Covid-19 yang isoman, pihak Puskesmas tidak memiliki stok obat yang mencukupi. Jenis obat batuk sendiri masih kosong, belum lagi masalah regulator oksigen serta ventilator.
“Bolak-balik meminta kepada Dinkes. Namun yang bisa diberikan sekarang hanya untuk kebutuhan tenaga kesehatan (nakes). Kalau ke masyarakat tidak ada. Itu menjadi masalah dan masyarakat menyalahkan kami,” ujar Lesly.
Mendengarkan keluhan pihak Puskesmas, Ilham Sinaga pun mengutarakan, dalam kunjungan ke beberapa Puskesmas persoalan yang sama juga mereka dengarkan. Seperti di Puskesmas Kesatria diketahui selama 3 bulan obat kosong. Namun Kadis Kesehatan dianggap kurang peduli dengan masalah Covid-19.
“Bagaimana kita menangani Covid-19, sedangkan obat-obatan dan vitamin tidak terpenuhi. Omong kosong ini semua, kita perangi Covid-19 tetapi tidak ada tindakan nyata. Tetapi kalau disampaikan ini ke Kadis, kita dianggap seolah-olah hanya mencari-cari kesalahan,” tutup Ilham. (Elisbet)