Siantar, Lintangnews.com | Keterbukaan informasi menjadi sangat penting dalam penanganan pandemi Covid-19.
Tertutupnya sistem infomasi publik, serta masifnya arus informasi dan pemberitaan yang tak terkendali justru menjadi masalah dalam pencegahan Virus Corona di tengah-tengah masyarakat.
Hal itu tertuang dalam diskusi publik yang dilaksanakan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Siantar dengan tajuk ‘Keterbukaan informasi dalam pemberitaan Covid-19’, Sabtu (10/4/2021).
Hadir dalam kegiatan itu, Komisioner Komisi Informasi Pusat (KIP), Muhammad Syahyan, anggota DPRD Siantar, Astronout Nainggolan, Tim Gugus Tugas Covid-19 Kota Siantar, Daniel Siregar dan perwakilan AJI Medan, Imran Nasution.
Dalam pemaparannya,. Syahyan mengatakan, pemerintah telah banyak menerapkan atura- aturan untuk melakukan pencegahan penyebaran Virus Corona. Namun informasi itu sering kali tidak sampai pada masyarakat dan menjadikan masalah dalam penanganan Covid-19.
Karena itu kolaborasi terkait penyebaran informasi yang termaktub pada sistem keterbukaan publik harus dapat berjalan, sehingga masyarakat turut serta melakukan langkah-langkah mitigasi pencegahan Virus Corona sesuai arahan pemerintah.
“Indonesia menjadi salah satu negara open government yang mengedepannya sistem keterbukaan, termasuk informasi publik, dimana hal itu dikuatkan kembali dengan sistem demokrasi yang dianut Indonesia. KIP telah mengeluarkan surat edaran terkait pelayanan informasi publik di massa darurat pandemi Covid-19, jika informasi publik adalah sebagai hak masyarakat. Karena itu KIP meminta agar informasi publik dapat dilakukan dengan cara yang baik dan mudah diakses masyarakat,” ujar Syahyan.
Ramainya pemberitaan yang terlalu vulgar terkait pasien atau kasus Covid-19, justru menimbulkan kekhawatiran masyarakat dan menghambar penanganan. Karena itu ujar Syahyan, KIP mendorong pemerintah agar turut memberikan perlindungan identitas pribadi pasien Covid-19.
“Seperti nama dan alamat rumah, kecuali sebagai upaya mitigasi atau mendapat persetujuan dari orang yang bersangkutan. Sering kali informasi yang tak terkendali justru menimbulkan kepanikan di tengah masyarakat terkait ramainya pemberitaan pasien pengidap Virus Corona dan berimbas terhadap pecegahan virus itu. Infomasi ini bisa pemerintah secara terbatas yang penggunaaanya harus diukur sesuai dengan kebutuhan” paparnya.
Sementara Daniel Siregar menuturkan, pemerintah telah berupaya semaksimal mungkin untuk melakukan mitigasi penyebaran virus asal negara tirai bambu tersebut. Tim Gugus Tugas kata Daniel, telah melakukan serangkian cara untuk memberi informasi berbasis teknologi.
“Meski belum maksim, namun sejauh ini kami telah melakukan berbagai cara untuk memberikan informasi kepada masyarakat. Namun hal paling utama untuk memutus mata rantai penyebaran adalah dengan kesadaran masyarakat agar tetap mematuhi protokol kesehatan (prokes). Kesadaran masyarakat menjadi hal penting dalam penanganan pandemi Virus Corona,” terang Daniel.
Derasnya arus informasi soal pandemi di Siantar yang tak terkendali telah mendulang sejumlah persoalan. Imran Nasution menjelaskan, masyarakat semakin pesimis kepada pemerintah soal penanganan pandemi beberapa waktu lalu. Seperti persoalan identitas korban yang disebarkan, hingga menimbulkan stigma kepada pasien.
Selain itu, bantuan bantuan dan kebijakan yang diambil pemerintah banyak tidak menyentuh masyarakat. Ini karena minimnya informasi dari pemerintah. Imran menuturkan, persoalan seperti tukang pecal, pemandian jenazah hingga bantuan sosial (bansos) banyak menjadi pertanyaan di masyarakat.
“Hal ini karena terbatasnya informasi publik, sehingga menimbulkan persoalan baru soal penanganan Virus Corona di Siantar dan bberbagai daerah lainnya. Informasi itu harus dibuka seluas-luasnya ke masyarakat, agar tidak menimbulkan pertanyaan publik yang berdampak pada kepercayaan ke pemerintah,” ucap Imran.
Astronout Nainggolan berharap, pemerintah dan masyarakat mampu bekerja sama, sehingga dapat segera keluar dari masa sulit pandemi Vovid-19. Anggota Komisi III DPRD Siantar itu mengajak peran serta media sebagai salah satu corong informasi public, agar tetap kritis dalam menggali dan mencari informasi yang berguna kepada masyarakat.
“Dari berbagai persoalan kedepannya penanganan Covid-19 dapat berjalan lebih baik lagi, tentu dengan keterbukaan arus informasi yang dibutuhkan masyarakat. Dan saya berharap, kita tetap menjadi pelopor menjalankan prokes,” tutupnya.
Usai menggelar diskusi, AJI Perwakilan Medan juga mengadakan rekrutmen terhadap para jurnalis yang ingin bergabung dalam organisasi profesi tersebut. Sejumlah wartawan dari berbagai perusahaan media atusias mengikuti tes wawacara yang berlangsung sejak pagi hingga siang hari itu. (Rel)