Simalungun, Litangnews.com | Arena ketangkasan yang lazim disebut gelper (gelanggang permainan) dan berbau judi di Kelurahan Perdagangan, Kecamatan Bandar, Kabupaten Simalungun, masih bebas beroperasi diduga karena lancar memberikan uang pengamanan.

“Ada pernah mengaku anggota Satpol PP datang ke situ (gelper) bermarga Harahap minta bulanan,” ungkap seorang sumber saat ditemui di salah satu warung kopi di Perdagangan, Sabtu (12/1/2019).
Bahkan, jatah dari usaha gelper milik pengusaha asal kota Medan, Tony itu berulang kali meminta jatah. “Dan pernah juga datang yang lain, anggota Satpol PP aslinya dan bilang sebagai utusan dari kantor,” jelas pria berkulit hitam.
Sementara, Camat Bandar, Samsul Pangaribuan pada wartawan melalui telepon selular mengatakan akan memanggil pengusaha gelper untuk mempertanyakan izin. “Rencana kita panggil ke kantor. Kita tanya dulu izinnya,” kata Camat.
Menurut Samsul mengenai penerbitan izin bukan gawean (wewenang) pemerintah Kecamatan. “Kalau dari Kecamatan hanya rekomendasi. Nanti, ditanya dulu soal izinnya, apakah sesuai dengan usaha yang dijalankan,” jelas Samsul.
Sedangkan, Kasatpol PP Simalungun, Ronny R Butar-Butar, saat dikonfirmasi menegaskan tidak ada seorang pun anggota Satpol PP diberikan izin untuk meminta sesuatu dari usaha diduga illegal.
“Gak ada itu. Kalau ada anggota Satpol PP, itu tindakan pribadi si oknum,” tegas Ronny.
Diberitakan sebelumnya, saat sedang bermain gelper yang berbau judi, seorang pengunjung sekaligus pemain didatangi dan nyaris dipukul seorang pria paruh baya berbaju kerah warna coklat tua.
“Dari tadi dipanggili, kau. Tapi, tetap kau di sini. Bukannya pulang,” ucap pria paruh baya tersebut dengan raut wajah tampak kesal sembari mengikuti langkah anaknya yang ke luar dari arena gelper, Selasa (9/1/2019).
Informasi diperoleh di lokasi, pria paruh baya yang terdengar dan terlihat membantingkan kayu dalam genggamannya ke lantai arena gelper sembari berbahasa Mandarin tersebut ternyata ayah dari seorang pemain.
“Yang tadi itu bapaknya. Memang dari tadi sudah dipanggili. Tapi, tetap anaknya di situ (gelper). Terakhir, bapaknya datang bawa kayu,” kata seorang pengunjung bertubuh gempal saat ditemui tak jauh dari pintu masuk gelper.
Sementara, petugas penukar koin, Fredy, justru melarang wartawan saat mengabadikan arena gelper dan para pengunjung yang sedang bermain. “Jangan difoto, bang,” ucapnya sembari melirik handphone (HP) milik wartawan.
Kemudian, pria berbaju kaos warna putih dan memiliki tato di lengan tangan sebelah kiri tersebut bertanya, kenapa difoto dan direkam? Saat wartawan menjelaskan untuk dokumentasi, Fredy, langsung berjalan melayani pemain yang hendak menukarkan koin.
Sementara, seorang perempuan mengaku bernama, Riana mengatakan, 1 koin seharga Rp 10 ribu. “Aku baru di sini. Dari bulan Agustus 2018. Kalau 1 koin Rp 10 ribu,” katanya sembari menyampaikan sebentar menelepon pengawas bernama Joel.
Ditanya, siapa pemilik arena gelper dan mengapa petugas penukar koin melarang wartawan?, perempuan berambut lurus tersebut menjelaskan pemain menjadi tak nyaman. “Tak nyaman jadinya pemain. Itu namanya, Fredy, tugasnya menukarkan koin. Pengusahanya tidak tau,” kilahnya.
Terpisah, Kanit Reskrim Polsek Perdagangan, Iptu Zikri Muamar pada wartawan melalui telepon seluler menyampaikan jika ditemukan ada indikasi praktik judi segera ditindak lanjuti. “Kalau ada indikasi judinya, segera kita tindak-lanjuti,” ujar Zikri. (zai)