Toba, Lintangnews.com | Tim CD/CSR PT Toba Plup Lestari Tbk (PT TPL) memberikan bantuan ember untuk budidaya lalat Black Soldier Fly (BSF) pada Kurniara boru Simanjuntak sebagai bagian dari program sosial terhadap masyarakat.
BSF dengan nama latin Hermetia Illucens merupakan satu dari dari 800 jenis lalat dengan keunikan sebagai jenis yang tidak bersifat pathogen (agen pembawa penyakit).
Budidayanya juga cukup mudah dan menghasilkan, Kalau sudah menjadi lalat, pembudidaya dapat memanen telurnya dalam jangka waktu sebulan dalam kisaran harga Rp10 ribu per 1gram.
Siklus hidup BSF secara total hanya sekitar 45 hari, mulai dari telur sampai ke lalat dewasa. Seekor lalat betina biasanya menghasilkan 500-900 butir telur. Sedangkan untuk mendapatkan 1 gram telur, membutuhkan setidaknya 14-30 BSF. Untuk 1 gram telur, akan mampu menghasilkan 3-4 kg maggot atau larva. Fase paling lama adalah larva, sekitar 18 hari.
Tidak hanya telur yang dipanen, melainkan juga maggot atau larva sebelum menjadi lalat tentara dewasa. Maggot dapat dijual dalam kondisi hidup atau basah maupun kering atau dioven.
Bila kering, dapat dikonsumsi, untuk yang basah dapat digunakan sebagai pakan ikan sebagai pengganti pellet karena magot mengandung protein yang tinggi untuk di jadikan pakan ternak burung, ayam juga pakan berbagai jenis ikan.
Kurniara memulai kegiatan ini sekitar 6 bulan lalu, dengan menggunakan media sampah organik basah berupa sisa buah, sayuran dan makanan.
“Saat ini saya biasa pesankan agar limbah sayur dan buah ditaruh ke goni kepada para pedagang di Pasar Porsea, daripada membusuk bisa dimanfaatkan,” kata Kurniara, Kamis (3/9/2020).
Setelah lalat BSF bertelur di tumpukan kayu yang sudah disediakan, telur BSF selanjutnya akan dipindahkan ke media dedak sebelum menetas yang biasanya 4 sampai 5 hari. Usai menetas dipindahkan ke media sampah organik basah dan setelah 15 hari baru lah magot tersebut bisa dipanen. Magot disebut juga prepupa yang perkembangbiakannya hanya 14 hari sebelum menjadi lalat, setelah bertelur lalat tersebut mati.
“Saat ini bisa menghasilkan magot lebih kurang 30 kilogram per hari dan hanya memakai untuk pakan ternak pribadi. Beberapa tetangga sekitar ada juga yang membeli seharga Rp 15.000 per kilogramnya,” kata istri dari Johan Manik yang juga karyawan PT TPL.
Kurniara juga mengucapkan terima kasih atas bantuan perlengkapan budidaya lalat BSFyang diberikan PT TPL. Menurutnya, dengan bantuan itu telah membantu usaha budidaya lalat BSF nya.
“Budidaya itu terhitung baru dikenal di area ini. TPL sebagai perusahaan dengan komitmennya terhadap masyarakat akan mendukung dan mendorong program-program sejenis yang nantinya diharapkan dapat menjadi program perintis bagi masyarakat lebih luas,” ungkap Ramida CD/CSR selaku Manager PT TPL. (Asri)