Bentrokan Antara Warga Natumingka dan PT TPL, Tim Independen Lakukan Pengumpulan Data

Tim Independen mendatangi Desa Natumingka.

Toba, Lintangnews.com | Terjadinya bentrokan antara masyarakat Desa Natumingka, Kecamatan Borbor, Kabupaten Toba dengan karyawan PT Toba Pulp Lestari Tbk (TPL) mengakibatkan adanya korban luka dari kedua belah pihak telah mengundang berbagai reaksi.

Tanggapan bahkan kecaman dari berbagai pihak yang secara umum dominan menyudutkan posisi PT TPL sebagai pihak yang dipersalahkan.

Hal itu diperparah lagi dengan munculnya pemberitaan sejumlah media jika PT TPL melakukan pembongkaran paksa terhadap makam kerabat keturunan Op Punduraham Simanjuntak dari lokasi Hutan Tanaman Industri (HTI) dari perusahaan penghasil plup itu.

Pemberitaan ini langsung mendapat kecaman dari berbagai pihak, karena merupakan sesuatu yang sangat sensitif dalam budaya Suku Batak.

Di sisi lain, dengan adanya sikap dari masyarakat Desa Natumingka untuk menghalangi karyawan melakukan penanaman pohon eucalyptus periode tanam keenam di lokasi HTI PT TPL juga memunculkan tanda tanya besar. Ini terkait legitimasi perizinan areal HTI yang diusahai PT TPL di lokasi yang menjadi sumber terjadinya bentrok antara kedua belah pihak.

Sehubungan dengan ketiga isu yang berkembang, Selasa (1/6/2021), Tim Independen yang dipimpin Sekretaris, Hasudungan Butar Butar bersama rekannya Rickson Simarmata, langsung turun ke lapangan untuk melakukan observasi, sekaligus pengumpulan data maupun informasi dari berbagai pihak terkait.

Dari hasil wawancara dengan masyarakat Desa Natumingka dan karyawan PT TPL di lokasi yang berbeda diperoleh informasi, kejadian bentrokan terjadi pada pukul 06.30 WIB dan berhenti pada pukul 15.00 WIB, setelah pihak keamanan turun mendamaikan.

Dari hasil amatan di lokasi kejadian berada sejauh 15 km dari batas Desa Natumingka dan masih berada di dalam wilayah HTI PT TPL.

Ini artinya bukan di wilayah Desa Natumingka seperti yang beredar di media sosial (medsos). Diketahui jarak terdekat antara batas Desa dengan lokasi HTI PT TPL sejauh 600 meter saja.

Ada pun awal mula bentrokan karena masyarakat Desa Natumingka yakni keturunan Op Puduraham Simanjuntak menghalangi karyawan PT TPL untuk mengerjakan penanaman eucalyptus di lokasi HTI yang baru selesai dipanen beberapa waktu. Ini karena merasa itu adalah tanah adat mereka.

Sementara menurut karyawan, itu adalah lokasi HTI PT TPL yang sah dengan alasan pohon ucalyptus sudah ditanami secara terus menerus selama 5 periode tanam dan tidak pernah ada masalah.

Bentrokan ini bermula dari aksi dorong-dorongan antara kedua belah pihak. Puncaknya terjadi saat adanya aksi pelembaran kayu yang mengakibatkan korban luka di kedua kelompok massa, termasuk terhadap personil Polres Toba.

Dari keturunan Op Duraham Simanjuntak ada 2 orang korban luka yaitu, Jusman Simanjuntak dan Agus Simanjuntak.

Sedangkan dari PT TPL ada 5 orang, yakni Sulaiman Simanjuntak (karyawan), Prinawati (karyawan), Teddy Panjaitan (security), Basrin Nababan (security) dan Setia Simatupang (security). Sementara korban dari personil Polres Toba yakni, Aipda Mahendra Keliat. (Aldy)