Humbahas, Lintangnews.com | Ketua Komisi A DPRD Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas), Bresman Sianturi mengaku, mendukung Dinas Pendidikan (Disdik) setempat dalam proses pembelajaran tatap muka di sekolah tingkat SMP, walaupun tanpa ada kajian ilmiahnya.
Ini menyikapi keterangan Disdik, dengan alasan proses belajar mengajar tatap muka atas putusan 4 Menteri dan gaya belajar tidak membuat stres, selain telah mengacu protokol kesehatan.
Hal itu disampaikan, Bresman didampingi anggota, Sanggul Rosdiana Manalu, Guntur Simamora dan usai Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Disdik, dihadiri Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik), Jonny Gultom, Kepala Bidang (Kabid) Pembinaan Tenaga Kependidikan, Marudut Simanullang dan Kabid Pendidikan Luar Sekolah, Rosita Gultom, Rabu (15/7/2020) di ruangan Komisi C DPRD Humbang Hasundutan.
Bresman menilai, tepat keputusan yang dibuat Disdik dalam proses pembelajaran tatap muka kepada anak didik SMP dengan sistim pendidikan dicoba selama 14 hari terhitung sejak 13 Juli dengan cara bergiliran dengan waktu 4 jam. Apalagi dengan penerapan protokol kesehatan dan proses belajar mengajar tidak rumit, sehingga cukup baik demi pendidikan biarpun ditengah pandemi Covid-19 (Virus Corona).
“Meskipun telah disampaikan Disdik, alasan program proses belajar mengajar tatap muka ini, diharapkan tetap dilakukan pengawasan ketat agar tidak kecolongan anak didik terpapar dari penyakit ini. Ketika lari dari protokol kesehatan, satu saja kena yang lain pasti,” kata politisi Partai Demokrat ini.
Meski proses belajar mengajar dilakukan bergiliran atau sift, menurut Bresman, masih tetap membutuhkan pengawasan. Pasalnya, tidak ada jaminan kepada siapa pun penyakit ini terkena. “ Pengawasan itu kita serahkan ke masing-masing sekolah, kalau tanpa kajian ilmiahnya itu kita tidak tau, tetapi karena sesuai protokol kesehatan, kita dukung,” ucap Bresman.
Sementara ditanya perihal program ini tidak terlalu dini, Bresman menjelaskan hal ini sangat tepat, selain dikarenakan masuk zona hijau, anak didik dipastikan sudah bosan di rumah.
Apalagi, lanjutnya pemerintah sudah menyiapkan jauh hari sebelumnya program ini agar tidak menjadi kecolongan. “ Ya, selain dari keputusan 4 Menteri, kan pemerintah sudah menyiapkan, itu kata mereka ya mudah-mudahaan tidak kecolongan,” katanya.
Lebih lanjut dikatakan Bresman, program pemerintah dalam pelaksanaan proses belajar mengajar tatap muka tidak terlalu dipaksakan kepada anak didik untuk mengikuti. Apalagi, jika ada orang tuanya merasa keberatan.
“Bagi ada orang tua yang merasa keberatan, tetap dilayani pemerintah anaknya belajar dari rumah. Jadi belum ada pemaksaan anak didik ini masuk ke sekolah, ” tuturnya.
“Apalagi sistim pelajarannya, jam 11 sudah pulang, tetapi pulangnya bertahap agar tidak berkerumun. Dan pertukaran ke kamar mandi diberikan jarak. Kemudian, kalau onan atau pekan di sekitaran sekolah ditutup,” katanya.
Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik), Jonny Gultom didampingi Marudut Simanullang mengatakan, program ini tetap dilanjutkan dengan syarat sesuai dalam surat keputusan 4 Menteri dan tetap mengacu protokol kesehatan.
Pihaknya, tak akan mengubah, karena daerah Humbahas masih terbilang aman, apalagi jauh hari sebelumnya pihaknya sudah mempersiapkan untuk proses belajar tatap muka ini.
Ia menyebutkan, mudah-mudahaan tidak ada kecolongan terkait program itu, walaupun dalam kajian pihaknya tidak sampai ke ilmiah, namun persiapan ini telah dibantu oleh Dinas Kesehatan (Dinkes).
“ Program ini tetap lanjut, karena analisa yang diberikan pada kita bahwa kondisi di Humbahas zona hijau dan jauh hari sebelumnya sudah mempersiapkan jika bagaimana dilakukan proses belajar mengajar dengan tatap muka,” ucap Jonny.
Menurut Jonny, proses tatap muka ini tetap disesuaikan dengan protokol kesehatan. Ia yakin, dalam protokol kesehatan ini telah sesuai dengan keperluan.
Lanjut Jonny, pihaknya sudah melakukan kesepakatan kerja sama dengan pihak Kepolisian dan Satpol PP agar dilakukan pengawasan jika anak didik ini pulang sekolah dengan tujuan menghindari kerumunan.
Jonny mengungkapkan, dalam proses belajar mengajar tatap muka ini, pihaknya tidak memaksakan orang tua untuk menyuruh anaknya masuk kes ekolah. Apalagi, dalam proses belajar mengajar, pihaknya mengurangi sistim pelajaran dengan cara menggunakan gaya rileks.
“Dalam beberapa menit, kita suruh guru agar mengajar anak didiknya pola rileks, bisa dengan menggerakan badan, sehingga tidak mengalami stres karena dalam satu ruangan kita buat anak didik ini belajar 4 jam,” paparnya.
Pihaknya juga menyiapkan waktu 10 menit kepada anak didik untuk keluar pengganti istirahat, namun dengan cara bergiliran untuk menghindari kerumunan.
“Jadi dilakukan ini sesuai kebutuhan, disamping dengan kondisi ini masing-masing guru kita mintakan menyiapkan 3 materi yakni, RPP tatap muka, RPP penugasan siswa-siswi bagi tidak mempunyai handphone (HP) Adroid dan RPP bagi siswa yang mempunyai adroid,” ucapnya.
Jonny menambahkan, dari hasil anjurannya itu, tidak ada orang tua yang merasa keberatan anaknya belajar tatap muka di sekolah. Ini terbukti, sudah 2 hari seluruh SMP di Humbahas menggelar pembelajaran tatap muka. “ Jika ada orang tua murid keberatan secara keseluruhan, maka proses KBM ini kita tutup,” kata Jonny.
Meski demikian, Jonny memberi ruang bagi orang tua manakala ada yang memilih anaknya belajar dari rumah. Jika ada memilih anaknya belajar dari rumah, maka pihaknya dan sekolah akan menyiapkan materi.
Sejauh ini, kata dia, belajar tatap muka tingkat SMP di sekolah berjalan baik, karena setiap masuk, pihaknya melakukan pemeriksaan suhu tubuh anak didik sesuai protokol kesehatan. Apalagi, pihaknya dibantu dengan tenaga medis dari masing-masing Puskesmas.
Namun Jonny tidak menutupi dalam proses kegiatan belajar mengajar hari ketiga, ada siswa dari SMP Negeri 2 Dolok Sanggul mengalami sakit. “ Saat itu ketika pemeriksaan suhu, anak ini dengan jenis perempuan suhu badanya rendah, jadi kita telepon orangtuanya untuk menjemput dan disarankan selama 7 hari agar tidak masuk sebelum pulih,” katanya.
Disinggung, selain ada memakai kajian ilmiah, apakah sudah pernah koordinasi dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) setempat dalam kondisi KBM ini, Jonny menjelaskan, pihaknya hal ini yang berpatokan dari keputusan 4 Menteri dan dukungan Dinkes.
“Penting kita laksanakan ini karena sudah koordinasi dengan Dinkes selama ini, dan mereka membantu pengawasan dan sudah sesuai protokol kesehatan,” tutupnya. (DS)