Taput, Lintangnews.com | Seluruh Camat dan sejumlah Aparatur Sipil Negara (ASN) dari berbagai Organisasi Perangkat Daerah (OPD), serta Bagian Tata Pemerintahan (Tapem) Pemkab Tapanuli Utara (Taput) yang melaksanakan program studi banding ke Bandung pada tahun 2018 lalu, seharusnya sudah mempunyai dampak adanya peningkatan di masing-masing instansi.
“Namun miris, ketika kami mengadakan kunjungan ke berbagai Kecamatan di Taput beberapa waktu lalu, kesannya penerapan studi banding itu belum ada hasil atau dampak positif bisa dimanfaatkan masyarakat,” ujar Ketua LSM NGO TOPAN AD Sumatera Utara, Rinaldi Hutajulu, Rabu (19/6/2019).
Menurutnya, dalam hal ini awak media kiranya dapat mempertanyakan kepada Bagian Tapem Pemkab Taput mengenai program studi banding yang telah diserap dalam studi banding itu.
“Padahal anggaran yang digelontorkan Pemkan Taput untuk program studi banding pada tahun 2018 lalu ada sekitar ratusan juta rupiah yang pos anggarannya ditampung di Bagian Tapem. Ada dugaan kami, kalau program studi banding itu hanya modus untuk jalan-jalan saja atau ‘cuci mata’,” tegas Rinaldi.
Secara terpisah, Kabag Tapem Pemkab Taput, Bontor Hutasoit di ruang kerjanya membenarkan jika tahun 2018 lalu ada sekitar kurang lebih 35 orang yang berangkat saat itu. Ini terdiri dari 15 Camat, ditambah sejumlah ASN dari beberapa OPD dan Bagian Tapem melaksanakan studi banding ke Bandung.
Bontor juga menapik belum ada dampak yang dirasakan masyarakat Taput dari pelaksanaan studi banding dimaksud, sehingga terkesan hanya sekedar modus jalan-jalan saja keluar kota.
“Mana mungkin lah dan apalah daya kalau hanya Camat saja yang berangkat studi banding dan langsung bisa menerapkan hasilnya di daerah masing-masing,” tukasnya.
Dia juga membantah tudingan jika pelaksanaan studi banding itu hanya dijadikan modus jalan-jalan.
“Itu tidak benar, karena di sana kami banyak mendapatkan ilmu, seperti bagaimana mengembangkan BUMdes, sektor parawisata dan lain sebagainya,” ungkap Bontor mengakhiri. (pembela)