Wali Kota Siantar Selanjutnya harus Miliki Konsep Pembangunan yang Transparan 

Siantar, Lintangnews.com | Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Gerakan Mahasiwa Nasional Indonesia (GMNI) Kota Siantar menggelar dialog progresif  dengan tema ‘Menakar Capaian Program Pembangunan Kota Siantar’ di Lodeas Coffe, Jalan HOS Cokro Aminoto, Rabu (31/7/2019).

Diskusi kali ini menghadirkan narasumber yang malang melintang di Siantar, seperti Robert Tua Siregar (akademisi), Mangasitua Purba (praktisi hukum) dan Siparjalang (tokoh muda kreatif Siantar). Kegiatan itu dimoderatori Dion Tambunan selaku Wakabid Politik DPC GMNI Siantar.

Kegiatan dialog itu diikuti  30 elemen pemuda, pemuda kreatif dan aktivis gerakan mahasiswa.

Siparjalang di awal pemaparannya menyampaikan, tidak ada kebijakan pemerintah Hefriansyah selaku Wali Kota Siantar yang populis selama menjabat lebih kurang selama 3 tahun.

“Tidak adanya wujud pelayanan publik yang tak kunjung diperhatikan. Kemudian tidak adanya calender event Siantar,” paparnya.

Sementara Mangasi Purba menilai  nahkoda pemerintahan Siantar saat ini kurang jelas dan transparan.

Robert Siregar menambahkan, proses pembangunan di Siantar minim kajian hukum dan tata ruang.

Di sesi tanya jawab, salah satu peserta Samuel Tampubolon yang juga Ketua GMNI Siantar mempertanyakan terkait inkonsintensi pemerintah dalam konsep pembangunan dan terkait konsistensi pemerintah dalan penerapan tata ruang Siantar.

“Ini ditambah lagi dengan buruknya reformasi birokrasi Pemko Siantar hari ini. Dan yang paling menarik lagi, ada Aparatur Sipil Negara (ASN) yang mengemban 3 jabatan sekaligus,” terang Samuel.

Menjelang akhir diskusi, Mangasi berharap, pemimpin Siantar berikutnya harus memiliki konsep pembangunan 5 tahun kedepan melalui program yang transparan.

“Partai juga harus ikut hadir dalam melahirkan pemimpin yang berkapasitas,” tutur mantan Ketua KPUD Siantar itu.

Selain itu, Siparjalang menyampaikan fungsi kritik adalah mengapresiasi  dan hakikat politik itu mensejaterahkan masyarakat. “Harapannya diskusi seperti ini tetap dilakukan. Karena apa? Generasi-generasi mahasiswa dan anak muda harus cerdas, kritis dan melek politik,” tandasnya. (Elisbet)