
Toba, Lintangnews.com | Warga Dusun IV Natinggir Desa Simare,Kecamatan Borbor, Kabupaten Toba melakukan aksi penolakan penanaman bibit Eucalyptus oleh PT Toba Plup Lestari Tbk (TPL) yang berlokasi di Paromaan, Senin (24/5/2021) sekira pukul 10.00 WIB.
Tokoh Adat Natinggir, Rudolf Pasaribu (49) mengatakan, nenek moyang mereka dari dahulu sampai sekarang sudah 15 keturunan yang tinggal di Dusun tersebut.
Diakuinya, tanah adat dari keturunan Op Raja Nasomalo Marhohos adalah keturunan keempat dari generasi sebelumnya. “Tanah adat itu sudah sekitar 300 tahunan lebih kami tempati sampai keturunan ke 15 secara urun-temurun,” ucapnya.
Dia menuturkan, sesuai surat keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor:35/PPU-X/2012 sekitar 20.754 hektar adalah wilayah masyarakat adat berada di lahan konsesi PT TPL.
Rudolf menuturkan, saat ini tanah adat khususnya di Natinggir yang sebelumnya seluas 1.496 hektar kini tinggal 130 hektar. “Kami memohon pada Presiden RI Ir Joko Widodo agar mengembalikan tanah adat yang dikuasai PT TPL,” pintanya.
Warga lainnya, Partomuan Pasaribu (56) mengatakan, sebelum PT Indorayon pada tahun 1984 datang memasuki tanah adat Natinggir, air di sungai masih bersih dan bisa diminum. Namun saat ini sudah tercemari oleh racun rumput saat hujan datang hingga turun masuk ke sungai.
“Untuk membangun rumah, kami masih bisa mengambil bahan kayu dari hutan. Saat ini semua pohon-pohon kemenyan yang ditanami nenek moyang kami kini sudah punah akibat dibongkar untuk menjadi lokasi konsesi PT TPL,” tukasnya.
Bahkan mengambil kayu bakar di lokasi tanah adat, masyarakat sudah tidak bisa lahi. Ini karena tidak ada lagi pohon yang bisa diambi, akibat tanah adat mereka dirampas pihak PT TPL.
“Dampaknya sangat-sangat merusak tanah dan berpengaruh pada lingkungan.p Saat PT TPL melakukan penyemprotan hama, justru masuk ke lokasi tanaman kopi kami. Akibatnya, tanaman kopi menjadi rusak, sehingga kami merasa hidup dalam penjajahan dan tidak berdaya,” tukasnya.
Dia juga menuturkann, ada informasi PT TPL akan melakukan penanaman di tanah adat Natinggir ini, sehingga pihaknya siap-siap menjaga agar jangan sempat ditanam bibit Eucalyptus.
Pantauan awak media di lokasi, masyarakat Natinggir akan terus melakukan penjagaan agar PT TPL tidak melakukan penanaman bibit Eucalyptus di lokasi tanah adat mereka. (Frengki)