Siantar, Lintangnews.com | Pembagian sembako yang disalurkan Pemko Siantar pada masyarakat masih kacau, karena ada yang tidak tepat sasaran, bahkan tak sesuai prosedur psycal distancing.
Hal ini disampaikan sejumlah anggota DPRD Siantar, usai meninjau pembagian sembako di Kelurahan-Kelurahan.
Anggota DPRD Siantar, Baren Alijoyo Purba mengaku, terjadi kerumunan warga saat dilakukan pembagian sembako di Kelurahan Siopat Suhu, Kecamatan Siantar Timur dan Kelurahan lainnya.
Pengamatannya, sembako belum turun, namun pihak Kelurahan sudah menyampaikan informasi pada masyarakat. Sehingga masyarakat langsung berkerumun di depan kantor Lurah.
“Wah, situasinya mirip seperti pajak. Ramai manusianya. Karena itu, saya sempat mengatakan pada Lurah supaya masyarakat dibubarkan saja sebelum sembakonya datang,” ujar Baren Jumat (24/4/2020).
Belajar dari situasi di Kelurahan Siopat Suhu, Baren mengingatkan para Camat dan Lurah untuk mengatur teknis pembagian sembako.
“Supaya tidak terjadi kerumunan, Lurah harus lebih dulu mendata siapa yang pertama menerima dan penyaluran dilakukan secara bertahap. Setelah itu baru disalurkan lagi,” tandasnya.
Terpisah, Netty Sianturi anggota DPRD Siantar lainnya menuturkan, ada sejumlah data ganda dalam penerima bantuan. Sehingga berpotensi bantuan sembako disalahgunakan.
Selain ada nama ganda, sambung Netty, dirinya menerima laporan, penerima tidak tepat sasaran karena ekonominya tergolong sudah mapan. Selain memiliki rumah batu bertingkat, juga ada mobil pribadi.
“Sesuai laporan yang saya terima, memang datanya perlu dipertanyakan. Sementara, ada warga yang saat pembagian tidak menerima sembako, padahal namanya sudah tercantum pada lembaran yang ditempel di kantor Lurah,” sebut Ketua Partai Gerindra Siantar ini.
Hasil laporan yang diterima Netty Sianturi dari warga di beberapa Kelurahan, pembagian sembako disebutkan tidak teratur dan terjadi kerumunan massa. Bahkan, di antara kerumunan itu banyak ditemukan warga tidak memakai masker.
Menurut Netty, pihak Kelurahan perlu menghimbau warga untuk tetap memakai masker. Bagi warga yang tidak menggunakan masker jangan diberi sembako dan baru diberi apabila sudah menggunakan masker. Kemudian, untuk menghindari kerumunan, perlu diatur jaraknya. Bahkan, bisa dilakukan secara bergilir atau berkelompok.
Mengamati situasi yang berkembang itu, Netty menyesalkan pihak Pemko Siantar yang justru tidak mengatur bagaimana teknis pembagian sembako. Seharusnya, saat Wali Kota, Hefriansyah menyerahkan sembako secara serimonial di Lapangan Parkir Pariwisata beberapa hari lalu, diberi juga arahan bagaimana agar saat pembagian sembako tidak terjadi kerumunan.
“Kita ingin memutus mata rantai penyebaran Covid-19 atau Virus Corona. Tetapi, kalau situasi yang saat ini terjadi, malah mengembangbiakkan Covid-19. Kalau begini, saya mengatakan Pemko Siantar itu goblok,” tegasnya dengan nada tinggi. (Elisbet)