Jembatan Bailey di Marubun Jaya Ambruk Lagi, Diduga Ini Penyebabnya

Simalungun, Lintangnews.com | Diduga akibat tidak rampungnya pengerjaan proyek box culvert milik PTPN IV Kebun Marihat, penyebab ambruknya jembatan bailey milik Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprovsu) di Pondok 8 Nagori Marubun Jaya, Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun, Sabtu (21/3/2020) sekira pukul 21.30 WIB.

Terkait dugaan ini, Camat Tanah Jawa, Farolan Sidauruk, Minggu (22/3/2020) tidak membantah. Sesuai hasil rapat dengan PTPN IV, Pemprovsu dan rekanan, masing-masing mengatakan permasalah utama adalah akibat pembagian air.

“Saat ini saya lagi rapat dengan PTPN IV, Pemprovsu dan rekanan.  Ternyata ada masalah. Yakni pembagian air ke sungai yang belum selesai dan diputuskan fokus ke pembagi,” tulis Farolan Sidauruk pada laman Facebook salah seorang warganya.

Menurutnya, akibat tidak rampungnya pembuatan box culvert pada lahan Hak Guna Usaha (HGU) PTPN IV Kebun Marihat yang berkantor di Kabupaten Simalungun, maka disepakati untuk percepatan pengerjaannya, sehingga saluran pelimpahan luapan air dapat terbuka.

“Jay Aganis percepatan pengerjaan box, agar saluran dapat terbuka. Setelah itu diupayakan pengerjaan bendungan.Untuk jembatan akan di perbaiki segera. Besar kemungkinan besok Senin udah mulai pekerjaan perbaikan bronjong Bayle,” tukasnya.

Sebelumnya dikutip dari video amatiran, Minggu (1/12/2019) silam, Kepala Dinas (Kadis) Bina Marga dan Bina Konstruksi (BMBK) Provinsi Sumatera Utara, Efendi Pohan dihadapan Direktur CV Husibah selaku pelaksana proyek dan pihak PTPN IV mempertanyakan proses pengejaan yang sedang berlangsung saat itu.

“Gimana kerja kita. Bisa gak siap seminggu ini. Jangan mimpi kita ceritanya. Karena kalau ini tak selesai, air hantam sini juga. Bukan soal kerja kami. Pelayanan masyarakatnya. Kalau kerja kami gak siap. Kami bikin putus kontrak. Itu gak apa-apa,” katanya.

“Atau saya telepon sekarang Bu Dirut PTPN IV. Berapa perlu escavator,” gertaknya.

Selanjutnya salah seorang laki-laki bertubuh besar teman Efendi Pohan bercengkrama. “Disini perlu satu pak. Sini gak bisa diganggu,” ujarnya meminta escavator.

Escavator dimaksudnya dalam rangka untuk percepatan pemasangan jembatan bailey yang ambruk akibat tergerus air bandang luapan dari lahan Kebun Marihat. Meski fakta di lapangan itu terjadi akibat lemot atau lambannya pengerjaan proyek Dinas BMBK.

Diketahui sebelum jembatan bailey di Pondok 8 itu ambruk pertama sekali, Pemprovsu melalui Dinas BMBK, UPT JJS sebagai Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) ada menggelontorkan proyek pembangunan turap/talud/bronjong di lokasi itu.

Ini sesuai tanggal kontrak 17 Juli 2019, dengan nilai kontrak sebesar Rp 4,8 miliar sumber dana APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) Tahun Anggaran (TA) 2019 Pemprovsu. Sementara nomor kontrak. 602/UPTJJS-DBMBK/KPA/1475/VII/2019.

Mirisnya, CV Husibah selaku pelaksana pembangunan turap/talud/bronjong, dikabarkan justru mendapat justek total dari Dinas BMBK selaku penyelenggara proyek. Meski fakta di lapangan, pelaksanaannya oleh CV Husibah terkesan setengah hati atau dikerjakan tidak sesuai progres.

Dan pada bulan Oktober 2019 lampau atau memasuki 3 bulannya masa pengerjaan proyek, banjir bandang yang airnya datang dari lahan Kebun Marihat menghantam pondasi jembatan bailey hingga ambruk.

Luapan air juga memperparah lokasi pembangunan turap/talud/bronjong. Bahkan banjir bandang yang terjadi juga menelan korban jiwa, salah seorang warga di hilir pengerjaan proyek.

Seorang ibu rumah tangga juga istri karyawan PTPN IV meninggal dunia akibat tersengat arus listrik saat berupaya menyelamatkan 1 unit kulkas dari genangan air yang merendam seluruh ruangan rumah yang mereka huni. (Zai)