Siantar, Lintangnews.com | Di tengah perhelatan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) tahun 2020 di Kota Siantar menyita perhatian.
Sebab Pilkada saat ini merupakan sejarah baru, karena untuk pertama kali hanya ada 1 Pasangan Calon (Paslon) Wali Kota dan Wakil Wali Kota yakni, Asner Silalahi dan Susanti Dewayani (Pasti).
Seiring dengan itu, banyak orang berdebat soal untung dan ruginya Siantar dipimpin Wali Kota defenitif dan Penjabat Sementara (Pjs).
Menjawab itu, Robert Pardede, salah sorang pensiunan Aparatur Sipil Negara (ASN) yang pernah menjabat sebagai Kepala Dinas Perhubungan Pemkab Simalungun, Kepala Dinas Pariwisata Pemkab Toba dan pernah di Lemhanas (Lembaga Ketahanan Nasional) mengatakan, jabatan Wali Kota definitif memiliki visi dan misi serta keleluasaan melaksanakan pemerintahannya.
“Sedangkan Pjs Wali Kota yang dihunjuk Gubernur melalui Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) memiliki keterbatasan dan sifatnya hanya menjalankan roda pemerintahan. Pjs sendiri jelas tidak memiliki visi dan misi pribadinya,” paparnya, Senin (16/11/2020).
Karena itu, bagi Robert, agar Siantar ini maju maka lebih berpeluang di tangan kepala daerah definitif. Karena alasan itu, baginya, masyarakat Siantar lebih baik memilih pasangan calon yang ada, yakni Asner-Susanti.
“Siantar sangat rugi kalau tidak dipimpin oleh Wali Kota definitif. Karena jabatan Pjs biasanya cuma setahun dan kalau pimpinannya tidak suka bisa diganti setiap tahunnya,” kata Robert.
Kerugian paling besar adalah proses pemerintahan termasuk mengharmoniskan dengan DPRD, membina (mengawasi) ASN, proses APBP termasuk P-APBD, dimana dalam pelaksanaannya kalau definitif bisa langsung dikerjakan, sementara jika Pjs tidak leluasa.
“Pjs hanya melakukan regulasi semata tidak bisa melakukan kebijakan terukur (sangat terbatas),” ujarnya.
Asner-Susanti, di mata pria yang pernah mencalonkan Wakil Wali Kota Menado ini, merupakan pasangan petarung yang dipersatukan Tuhan untuk memimpin Siantar. Pengalaman Asner-Susanti puluhan tahun bekerja di dunia birokrat sebagai ASN memiliki kriteria sangat layak untuk memimipin Siantar.
Asner pensiun dini dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). SementarabSusanti juga pensiun dini dari ASN sebagai dokter spesialis anak. Keduanya bekerja di instansi dengan akademik yang baik.
Dalam konsep membangun kota, Asner diyakini dapat melakukannya, karena sudah berpengalaman dan lama bergerak di infrastruktur dan membangun infrastruktur segala bidang, Asner pasti mampu termasuk dalam peraturan.
“Infrastruktur tidak semata fokus dengan jalan, tetapi penataannya juga harus tepat. Kita harus tau infrastruktur itu ada 3, yaitu infrastruktur keras, infrastruktur non fisik dan infrastruktur lunak itulah semacam peraturan dan lain sebagainya,” jelas Robert.
Dia menambahkan, seorang Asner sudah menjiwai dan memaknai apa infrastruktur itu yang akan dibawa dan diadopsinya ke Siantar.
“Itu sudah pasti karena saya yakin dia sudah 28 tahun berkecimpung di bidangnya,” ucapnya.
Sementara kata Robert, Susanti juga seorang petarung. Susanti akan melihat penyakit pemerintahan dan akan membenahi itu semua. Ibarat seorang dokter melihat penyakit anak-anak.
“Dua-duanya petarung. Petarung di bidangnya, petarung kemanusiaan. Jadi pasangan ini Tuhan mempersatukannya untuk membangun Siantar,” ujarnya seraya mengatakan sayang jika orang Siantar tidak mendukung Asner-Susanti.
Robert juga yakin jika Asner merupakan seorang yang spesialis di bidangnya. Di akhir perbincangan perihal dalam mendukung Asner dirinya telah melakukan survei selama 2 bulan.
“Saya tidak kenal Asner dan Asner tidak mengenal saya dan saya tidak ada kepentingan karena saya sudah pensiun,” tandasnya. (Elisbet)