Humbahas, Lintangnews.com | Sebaran virus African Swine Fever (ASF) yang menyerang jutaan ekor populasi ternak babi di Indonesia memiliki dampak cukup signifikan terhadap terhadap sosial ekonomi kelompok masyarakat dan dunia.
“Dampak virus ASF menyerang ternak babi cukup menghantam ekonomi masyarakat. Juga mempengaruhi tatanan pranata tradisi sebagian masyarakat kita,” kata Anggota Komisi VI DPR RI, Lamhot Sinaga pada wartawan melalui ponselnya, Kamis (31/12/2020).
Upaya dunia dan pemerintah Indonesia untuk mencari solusi telah dilakukan untuk menyelamatkan populasi jutaan ekor babi ternak.
“Sebelumnya pemerintah telah melakukan upaya untuk menanggulangi virus ASF itu. Tentunya lebih mengedukasi masyarakat tentang ASF dengan berbagai desain, yakni sosialisasi tentang karantina daerah dan tidak melakukan impor babi juga telah dilakukan,” sebut Anggota Fraksi Golkar itu.
Lanjutnya, perjalanan upaya penanggulangan virus ASF melalui riset dan penelitian juga telah dilakukan meskipun belum menemukan hasilnya.
“Upaya telah dilakukan, tetapi belum menunjukkan hasil yang nyata. Nyatanya, penanggulangan virus itu pun belum juga ada solusinya sampai saat ini,” sebut Ketua Kosgoro 1957 ini.
Menurut Lamhot, saat ini semua negara di dunia fokus dengan gelombang pandemi Covid-19, sehingga konsentrasi untuk penanggulangan virus ASF menjadi terganggu.
“Riset yang dilakukan pemerintah atau dunia saat ini, para ilmuwan patologi dan virologi fokus pada penelitian vaksin Covid-19, sehingga riset untuk virus ASF mungkin ditunda sementara. Semoga Covid-19 cepat ditanggulangi dengan vaksin,” sebutnya.
Lamhot menuturkan, jika sudah ditemukan vaksin ASF, pemerintah dimungkinkan untuk membantu para peternak babi pada pos anggaran masing-masing daerah dan APBN.
“Pemerintah juga diperkenankan anggaran memberikan bantuan penanggulangannya. Tetapi bantuan itu akan terkesan sia-sia kalau belum ditemukan vaksin. Karena virus ASF menurut para ahli, karakteristik virus yang ganas dilihat dari penyebarannya,” sebut Lamhot.
Dia menuturkan, dari segi kebutuhan, ternak babi sudah menjadi bagian dari budaya kelompok masyarakat di beberapa Provinsi di Indonesia.
“Ternak babi tidak terlepas dari sebagian masyarakat kita erat dengan tradisi semisal adat Suku Batak, Bali dan suku lainnya. Dengan dasar itu, ternak babi ini perlu diselamatkan bagaimanapun caranya. Bersabar lah masyarakat menunggu solusinya dan tetap patuhi protokol kesehatan (prokes) dengan perilaku kebiasaan baru,” kata Lamhot mengakhiri. (DS)