Refleksi Makna Perayaan Natal

Oleh : May Luther Dewanto Sinaga

Siklus kehidupan menjadi sebuah proses yang nyata dalam kehidupan. Proses waktu yang terus berputar menuntun suka duka umat manusia di seluruh dunia. Cita-cita menjadi sebuah mimpi besar yang hendak dicapai oleh seluruh umat dengan berbagai cara hanya untuk menjawab tentang bagaimana bertahan hidup.

25 Desember diperingati oleh umat Kristiani setiap tahunnya sebagai peringatan hari lahirnya Sang Juru Selamat manusia. Yesus Kristus menjadi tokoh utamanya, dan merupakan sosok yang sangat luar biasa.

Natal bukanlah sekadar perayaan dengan pesta mewah dengan dekorasi indah dilihat mata. Tetapi Natal mempunyai makna dari hati setiap orang yang merayakannya.

Tokoh Yesus digambarkan sebagai Allah yang turun langsung ke dunia untuk mengambil inisiatif penyelamatan dunia. Melalui pelayanan yang ditunjukkan Yesus merupakan bukti nyata bahwa Allah menempatkan dirinya pada posisi yang terendah untuk kemudian menjadi yang mulia.

Demikan hal nya dalam memberikan beberapa perubahan untuk mengubah dunia ini, harus dimulai dari hal yang kecil. Semua itu dapat dilakukan jika memulainya dari bawah, yaitu dimulai dari masyarakat yang termarjinalkan atau yang jauh dari sentuhan kasih sayang dan pelayanan.

Dalam memahami bagaimana kehidupan sesungguhnya, Yesus mengajarkan tindakan nyata dan kontekstual. Karena itulah, Natal harus kita pahami bukan hanya sebagai upacara seremoni saja, melainkan juga pengingat bagi kita bahwa Yesus pernah datang ke dunia ini dengan kesederhanaannya mengkontekstualisasikan ajaran Kristus lebih konkrit. Natal yang selalu dinantikan seringkali menjadi ajang menunjukan kemewahan, tampak persaingan ketika hampir semua kalangan merayakan Natal.

Lagu-lagu Natal yang dikumandangkan, pernak-pernik, hingga sampai makanan jasmani ketika Natal sering kali menjadi tolak ukur sukses atau tidaknya perayaan Natal. Sungguh ironis ketika Natal hanya diartikan sebagai pesta belaka tanpa melihat esensi sesungguhnya. Angka kemiskinan yang berangsur-angsur naik seharusnya menjadi poin penting untuk direfleksikan dalam perayaan Natal sekaligus menjadi doa bersama kita.

Kehadiran Yesus ke dunia bukan ingin menunjukan kemewahan dan pesta-pesta yang memakan biaya besar. Kehadiran Yesus yang lahir di kandang domba menunjukan kesederhaan. Kesederhanaan inilah yang harus kita bangun ketika kita merayakan Natal, bukan menjadi ajang menunjukkan kebolehan kita secara ekonomi.

Perayaan Natal yang kita saksikan akhir-akhir ini mulai melenceng dari pengertian sesungguhnya. Kemewahan dan hiruk-pikuk perayaan Natal seakan-akan membawa umat Kristiani untuk lupa akan esensi dari Natal tersebut. Demi menjaga gengsi, banyak yang melakukan Natal  tidak hanya di  gereja, melainkan di gedung-gedung mewah seperti hotel-hotel berbintang. Coba kita bayangkan berapa banyak biaya yang dibutuhkan untuk perayaan Natal seperti itu, yang menurut penulis akan lebih berguna biaya jutaan rupiah yang telah digunakan menyewa tempat mewah itu diberikan kepada orang-orang yang lebih membutuhkan.

Inilah menurut saya selaku penulis yang menjadi bahan perenungan. Benarkah tujuannya merayakan Natal atau sekadar mengambil momen Natal sebagai waktu berpesta ria belaka?

Penulis mau mengajak setiap orang untuk kembali merefleksikan kebermaknaan Natal dalam kehidupan dan mengaplikasikan makna hidup sederhana seperti Kristus. Jangan sampai perayaan Natal menciderai esensi Natal tersebut. Apa artinya perayaan Natal dengan penuh kemewahan yang tidak berdampak kepada lingkungan dan masyarakat sekitar?

Perayaan Natal yang kontekstual seharusnya menjadi harga mati bagi kita yang mempercayai Kristus. Tegakah kita merayakan Natal dengan serba kemewahan tetapi di sekeliling kita banyak orang yang meminta tolong?

Dalam memaknai perayaan Natal tahun 2018 ini, penulis mau mengajak seluruh umat Kristen untuk menghidupi makna Natal yang sesungguhnya. Bagi saya selaku penulis, makna Natal adalah meretas kebodohan, kemiskinan, membebaskan kaum-kaum termarjinalisasi. Intinya, Natal harus membebaskan bukan memiskinkan.

Selamat menyambut Natal 25 Desember 2018.

(Penulis adalah Kabid Organisasi dan Komunikasi GMKI Siantar-Simalungun)